
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanad shahih dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu'anhu, ia mengatakan:
"Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam ke Hunain dan kami masih baru masanya dengan kekafiran, sedangkan kaum musyrik memiliki sebuah pohon bidara yang mereka biasa beri'tikaf di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya sehingga disebut Dzatu Anwath. Ketika kami melewati pohon bidara, kami mengatakan, 'Wahai Rasulullah, buatlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.'
((اللَّـهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ
لِمُوْسَى: “ اِجْعَلْ لَنَا إِلـهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ “، قَالَ: “
إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ “، لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ))
“Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Itulah tradisi (orang-orang sebelum
kamu). Dan demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, kalian benar-benar
telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil
kepada Musa, 'Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu
mempunyai sesembahan-sesembahan.' Musa menjawab: 'Sungguh, kalian adalah
kaum yang tidak mengerti. Pasti, kalian akan mengikuti tradisi
orang-orang sebelum kalian.'” [HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al
Albani di dalam Shahih Tirmidzi, no. 2180]
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu'anhu bahwa tatkala dia menyentuh Hajar Aswad dan menciumnya saat thawaf, maka dia mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak memberi syafaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menciummu, niscaya aku tidak menciummu." [Shahih, Riwayat Bukhari, kitab al-Hajj no. 1597; Muslim, al-Hajj, 5/20]
Syaikh Hafizh Hakami mengatakan dalam syairnya:
"Termasuk perbuatan ahli syirik yang tidak diragukan lagi...
Ialah apa yang dituju orang-orang bodoh berupa mengagungkan apa yang tidak diperkenankan Allah untuk diagungkan...
Seperti orang yang merasa nyaman kepada tempat (yang dianggap keramat), batu, kuburan, atau suatu pohon...
Menjadikan tempat itu sebagai perayaan seperti perbuatan para penyembah berhala..." [Sullam al-Wushul]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar